KAPITA SELEKTA
KAMIS, 8 September 2016
TUGAS 3 - KELAS C
CRISTINA MARGARETTA (9125120128)
YOVINA SUSANTI SUHANDRI (915120035)
Sejarah Perkembangan Media
Pada mulanya
media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar (teaching aids). Alat bantu
yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya model, objek dan alat-alat lain
yang dapat memberikan pengalaman kongkrit, motivasi belajar serta mempertinggi
daya serap atau retensi belajar. Namun karena terlalu memusatkan perhatian pada
alat Bantu visual kurang memperhatikan aspek disain, pengembangan pembelajaran
(instruction) produksi dan evaluasinya. Jadi, dengan masuknya pengaruh
teknologi audio pada sekitar abad ke-20, alat visual untuk mengkongkritkan
ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kita kenal dengan audio visual
atau audio visual aids (AVA) .
Bermacam
peralatan dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada
siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang
masih mengkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Untuk
memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa,
Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan Kerucut
Pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale cone of experience).
Kerucut
pengalaman ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa
yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah. Kerucut
pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan gambaran bahwa
pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau
mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan
melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret
siswa mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui pengalaman langsung, maka
semakin banyak pengalaman yang diperolehnya. Sebaliknya semakin abstrak siswa
memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin
sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa .
Edgar Dale memandang bahwa nilai media
pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan nilai pengalaman. Menurutnya,
pengalaman itu mempunyai dua belas (12) tingkatan. Tingkatan yang paling tinggi
adalah pengalaman yang paling konkret. Sedangkan yang paling rendah adalah yang
paling abstrak, diantaranya :
·
Direct Purposeful Experiences : Pengalaman yang diperoleh dari kontak
langsung dengan lingkungan, obyek, binatang, manusia, dan sebagainya, dengan
cara perbuatan langsung
·
Contrived Experiences : Pengalaman yang diperoleh dari kontak melalui
model, benda tiruan, atau simulasi.
·
Dramatized Experiences : Pengalaman yang diperoleh melalui prmainan,
sandiwara boneka, permainan peran, drama soial
·
Demonstration : Pengalaman yang idperoleh dari pertunjukan
·
Study Trips : Pengalaman yang diperoleh melalui karya wisata
·
Exhibition : Pengalaman yang diperoleh melalui pameran
·
Educational Television : Pengalaman yang diperoleh melalui televisi
pendidikan
·
Motion Pictures : Pengalaman yang diperoleh melalui gambar, film hidup,
bioskop
·
Still Pictures : Pengalaman yang diperoleh melalui gambar mati, slide,
fotografi
·
Radio and Recording : Pengalaman yang diperoleh melalui siaran radio atau
rekaman suara
·
Visual Symbol : Pengalaman yang diperoleh melalui simbol yang dapat dilihat
seperti grafik, bagan, diagram
·
Verbal Symbol : Pengalaman yang diperoleh melalui penuturan kata-kata.
Pada akhir tahun
1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual,
yang berguna sebagai penyalur pesan atau informasi belajar.
Pada tahun 1960-1965 orang-orang mulai
memperhatikan siswa sebagai komponen yang penting dalam proses belajar
mengajar. Pada saat itu teori tingkah-laku (behaviorism theory) dari B.F
Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam pembelajaran. Dalam teorinya,
mendidik adalah mengubah tingkah-laku siswa. Teori ini membantu dan mendorong
diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah-laku siswa sebagai hasil proses
pembelajaran.
Pada tahun
1965-1970 , pendekatan system (system approach) mulai menampakkan pengaruhnya
dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan system ini
mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran.
Setiap program pembelajaran harus direncanakan secara sistematis dengan
memusatkan perhatian pada siswa. Ada dua ciri pendekatan sistem pengajraan,
yaitu sebagai berikut :
·
Pendekatan sistem pengajaran mengarah ke proses belajar mengajar. Proses
belajar-mengajat adalah suatu penataan yang memungkinkan guru dan siswa
berinteraksi satu sama lain.
·
Penggunaan metode khusus untk mendesain sistem pengajaran yang terdiri atas
prosedur sistemik perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian
keseluruhan proses belajar-mengajar
Program
pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa
diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang
dicapai. Pada dasarnya pendidik dan ahli visual menyambut baik perubahan ini.
Sehingga untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, mulai dipakai berbagai
format media. Dari pengalaman mereka, guru mulai belajar bahwa cara belajar
siswa itu berbeda-beda, sebagian ada yang lebih cepat belajar melalui media
visual, sebagian audio, media cetak, dan sebagainya. Sehingga dari sinilah
lahir konsep media pembelajaran.
Pengertian
Media Massa adalah berasal dari istilah bahasa inggris.
Media massa merupakan Singkatan dari mass media of communication atau media of
mass communication. Media massa adalah “komunikasi dengan menggunakan sarana
atau peralatan yang dapat menjangkau massa sebanyak-banyaknya dan area
yang seluas- luasnya”. “Komunikasi massa tak akan lepas dari massa, karena
dalam komunikasi massa, penyampaian pesannya adalah melalui media”(McQuail
2005:3) menyatakan bahwa media massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol,
manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai
pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.
Bukan hanya itu, media juga dapat
menjadi sumber dominan yang dikonsumsi oleh masyarakat untuk memperoleh
gambaran dan citra realitas sosial baik secara individu maupun kolektif, dimana
media menyajikan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan
berita dan hiburan.
Karakteristik media massa memiliki
beberapa karakteristik sebagaimana diungkapkan oleh Cangara sebagai berikut
(Cangara, 2003:134):
1.
Bersifat melembaga: pihak yang
mengelola media terdiri atas banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan,
pengelolaan, sampai pada penyajian informasi.
2.
Bersifat satu arah: komunikasi yang
dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dengan
penerima. Kalau misalnya terjadi reaksi atau umpan balik maka biasanya
memerlukan waktu dan tertunda.
3.
Meluas dan serempak: dapat mengatasi
rintangan waktu dan jarak karena memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan
simultan, di mana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada
saat yang sama.
4.
Memakai peralatan teknis atau
mekanis: seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.
5.
Bersifat terbuka: pesan dapat
diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin,
agama, dan suku bangsa. Beberapa bentuk media massa meliputi alat-alat
komunikasi mekanis seperti surat kabar, film,radio, dan televisi.
Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar,
majalah, dan lain-lain) dan media non cetak atau elektronik (radio, TV,
internet, film). Media elektronik (film, radio, dan televisi ) sendiri memiliki
sejarah yang sangat berbeda dari media cetak. Sebagai produk revolusi industri
dan teknologi, media elektronik muncul ketika alam demokrasi di AS sudah
berkembang secara penuh an urbanisasisudah berlangsung lama, lengkap dengan
berbagai persoalan yang dibawanya. Karena itu media elektronik sejak awal
sudah bersifat demokratis, dan sejak awal juga khalayaknya adalah masyarakat luas
secara keseluruhan, bukan kalangan tertentu saja.
Dahulu tidak
seperti media cetak, media elektronik menuntut khalayaknya memberikan
perhatian secara penuh karena apa yang
disiarkannya tidak akann diulang. Kita bisa membaca tentang plato
sekarang, lalu meneruskannya sepuluh tahun kemudian. Kita tidak apat menikmati
siaran radio dan televisi seperti itu, namun teknologi audio dan vidio kemudian
mengubahnya, karena kita bia merekam secara tertentu untuk kita nikmati pada
saat kapan saja diluar pada saat acara itu disiarkan.
Teknologi sifat dasar elektronik, dan
kebutuhan akan dukungan yang besar mengharuskan film, radio dan televisi
memiliki khalayak luas atau massal. Program acara radio atau film pendekpun
memerlukan biaya yang besar dan menuntut bermacam keahlian mulai dari penulis
naskah,produser, sutradara, pemain, insinyur dan teknisi yang menangani
berbagai peralatan. Untuk menutup semua biaya itu diperlukan khalayak yang
besar (Rivers dkk, 2003:59).
Fungsi dari media massa adalah (Mc.Quail. 1994:70):
1.
Informasi
Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan
dunia Menunjukkan, hubungan kekuasaan, Memudahkan inovasi adaptasi dan
kemajuan.
2.
Korelasi
Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi, menunjang
otoritas dan norma-norma yang mapan, melakukan sosialisasi, mengkoordinasikan
ngbeberapa kegiatan, membentuk kesepakatan, menentukan urutan prioritas dan
memberikan status relaif.
3.
Kesinambungan
Mengekspresikan budaya dominant dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus
(subculture) serta perkembangan budaya baru, meningkatkan dan melestarikan
nilai-nilai.
4.
Hiburan
Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan sarana relaksasi, meredakan
ketegangan sosial.
5.
Mobilisasi
Mengkampenyakan tujuan masyarakat dalam bidang politik, pembangunan, ekonomi,
pekerjaan dan agama.
Media lama yang
terdiri dari TV, radio, dan print adalah merupakan fase lama yang tidak menarik
dan mulai beralih ke media baru, tetapi menurut saya, media lama pun tidak
dapat ditinggalkan begitu saja, dikarenakan perkembangan teknologi juga membuat
perangkat-perangkat yang digunakan semakin menarik, mis. TV LED Screen, Radio
streaming, E-paper, jadi medium yang digunakan pun menyesuaikan dengan tema
masa kini dan peralihan pun tidak semudah itu untuk Indonesia yang belum merata
secara infrastruktur dan perekonomian. Istilah media baru, dimulai sejak
munculnya era internet. Media baru adalah digitalisasi dari perkembangan teknologi
dan sains, yang bersifat manual menjadi otomotis dan dari semua yang rumit
menjadi ringkas dan bisa dikatakan teknologi komunikasi digital yang
terkomputerisasi serta terhubung kedalam jaringan internet. Dennis Mcquail,
menjelaskan definisi ciri media baru adalah interkonektivitas, akses thd
khalayak individu, interktivitas, kegunakan beragam untuk segala karakter dan
sifat yang berada dimana-mana[1]. Media baru salah satunya adalah internet.
Internet merupakan sebuah jaringan komputer yang terhubung secara intensional
dan beroperasi berdasarkan protocol yang disepakati bersama. Sejak adanya
internet, dimulailah kehidupan diseluruh dunia dengan media sosial yang
mengajak kita berkomunikasi tanpa batas, ruang dan waktu. Respon kali ini saya
akan menjabarkan mengenai perkembangan media sosial di Indonesia.
Beberapa istilah
yang kita kenal dalam media sosial yaitu Social Media, Social Network, SNS dan
Communication Network. Secara garis besar social media dan social network
menggunakan sistem yang sama yaitu media online yang terkoneksi internet dengan
banyak orang tanpa batas geografis, ruang dan waktu dengan bertujuan untuk
berkomunikasi berbagi sesuatu dan mengungkapkan pendapat secara online.
Perbedaannya adalah terletak pada medianya. Social media adalah suatu media
interaksi online yang meliputi blog, forum, aplikasi chatting sampai dengan
social network (jejaring sosial), mis. Email, chatting, pesan singkat, dllnya.
Social Network adalah sebuah jejaring yang memuat interaksi sosial & relasi
hubungan interpersonal berupa web ataup aplikasi yang memungkinkan pengguna
untuk berkomunikasi satu sama lain dengan cara saling bertukar informasi,
komentar, pesan, gambar, dan video. Sedangkan SNS (Social Networking Sites)
adalah lebih mengacu pada situs atau website yang digunakan, yaitu Facebook,
Twitter, Path, Tumblr, Pinterest, Instagram, dsbnya. Kegiatan social media
didukung oleh Communication network yaitu jaringan yang menghubungkan perangkat
dua atau lebih komputer melakukan transfer data, instruksi dan informasi
menggunakan jaringan nirkabel sehingga pengguna social media dapat saling
terkoneksi dengan baik. Komunikasi teknologi yang telah kita gunakan selama ini
adalah internet, web, e-mail, chatting, instant messaging, FTP, web folders,
video conference, newsgroup, dsbnya.
Social
Networking Sites adalah salah situs pendukung Computer Mediated Communication
(CMC) untuk interaksi online. Teori CMC yang dikembangkan oleh Joseph
B.Walther[2] adalah proses komunikasi yang bersifat virtual (maya) dengan menggunakan
data teks komputer tanpa tatap muka sehingga mengurangi arti dari hubungan
interpersonal. Teori ini menjelaskan proses komunikasi dimediasi komputer yang
melibatkan manusia untuk pertukaran informasi dengan menggunakan jaringan
internet. CMC adalah kebiasaan menggunakan Internet, seperti mengirim e-mail,
chatting, menjadi anggota mailing list, browsing, googling, dan sebagainya.
Andreas Kaplan
& Michael Haelein mendefinisikan bahwa media sosial adalah sebuah kelompok
aplikasi menggunakan basis internet dan teknologi web.2.0 yang memungkinkan
pertukarana dan penciptaan user-generated content. Ada 6 jenis media sosial
yang dijelaskan oleh Kaplan & Haenlein, yaitu:[3]
· PROYEK KOLABORASI yaitu sebuah website yang
mengizinkan usernya mengubah, menambah, membuang konten-konten yang berada di
website, contohnya Wikipedia.
· BLOG & MICROBLOG yaitu user bebas
mengekpresikan sesuatu seperti curhat/kritik terhadap kebijakan pemerintah,
contohnya Twitter.
· KONTEN yaitu user dan pengguna website
untuk saling share konten, mis. video, gambar, suara, contohnya You Tube.
· SITUS JEJARING SOSIAL yaitu sebuah aplikasi
yang mengizinkan user saling terhubung dengan orang lain dan berisikan
informasi pribadi dan dapat dilihat orang lain, contohnya Facebook.
· VIRTUAL GAME WORLD yaitu dunia virtual yang
menggunakan teknologi 3D, dimana user berbentuk avatar dan berinteraksi dengna
orang lain, contohnya Games Online.
· VIRTUAL SOCIAL WORLD yaitu dunia virtual
yang user merasa hidup di dunia maya dan berinteraksi dengna yang lain,
contohnya Second Life.
Perkembangan
media sosial di Indonesia semakin berkembang pesat sejak didukung infrastruktur
baik dari perangkat, jaringan internet maupun teknologi. Menurut Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di tahun 2012, 63 juta masyarakat
Indoensai terhubung dengan Internet dan sebanyak 95 persen aktivitas akses
dunia maya adalah membuka media sosial[4]. Indonesia saat itu diramal akan
menjadi pengguna media sosial paling aktif dan dari segi jumlah paling besar.
Mengapa ini bisa terjadi, dikarenakan mobile internet yaitu web perangkat
mobile dan harga smartphone semakin terjangkau buat semua kalangan.
Sejak diperkenalkan
The Third Screen (layar ketiga) oleh Apple Corp. yaitu dengan kehadirian Iphone
di tahun 2007 dan Ipad (kategori Phablet) di tahun 2010, semakin mempopulerkan
istilah ini. The third screen adalah peranti yang digunakan oleh telepon
selular yang memiliki perangkat komputasi portable. Phablet adalah gabungan
fungsi telepon dan tablet yang merupakan telepon pintar yang memiliki ukuran
lebih dari besar dari handphone yang berkisar 5 dan 8 inchi. Istilah ini
merupakan bagian dari perkembangan dan kemajuan teknologi di bidang
infrastruktur dan jaringan komunikasi, sehingga makin meningkatkan perkembangan
media sosial di tanah air Indonesia. Dari usia tua, muda, remaja dan anak
setidaknya memegang salah satu alat teknologi ini untuk keseharian mereka dan menjadi
barang utama dan menemani keseharian.
Kini media sosial bukan hanya platform
komunikasi dan bersosialisasi, tetapi juga digunakan ranah politik dan
pemerintahan,[5] yang terjadi sepanjang ranah media sosial di Indonesia
sepanjang 2014, yaitu:
1. Orang Indonesia makin sosial
Terbukti jumlah pengguna facebook di
Indonesia mencapai lebih dari 70 juta, Twitter mencapai 20 juta pengguna,
Chatting Line mencapai 30 juta, dsbnya.
2. Apapun bisa jadi viral
Banyak hal yang unik dan kontroversial di
media sosial, salah satunya adalah titip doa berbayar, unik seperti iklan
mastin, dan kasus Florence sihombing yang menghina Jogjakarta hingga ke ranah
hukum.
3. Makin marak petisi online
Orang Indonesia juga makin gemar membuat
petisi online dengan kasus-kasus kontroversial yang bertujuan untuk menggalang
massa, seperti “Revisi UU pelecehan seksual”, “Hentikan siaran TV YKS” hingga
tuntutan “Pembubaran TV One”[6]. Di ranah politik pun, Facebook juga
meluncurkan pelacak pemilu yaitu “Facebook Suara Indonesia” yang bertujuan
memantau kepopuleran calon Presiden berdasar jumlah mention yang di posting dan
posisi geografis.
4. UU ITE masih bermasalah
Adanya peraturan yang dibuat tahun 2008 dalam
bentuk perarturan tentang informasi dan transaksi elektronik, dimana memungkinkan
menuntut orang yang membuat mereka terpojok dan memfitnah melalui media sosial.
Sehingga harus berhati-hati dalam mengeluarkan kritikan terhadapa seseorang,
contoh kasus Florence Sihombing. Banyak yang merasa masih memiliki celah,
membingungkan, hukuman tidak sesuai, penegak hukum juga tidak sepenuhnya
memahami peraturan tsb.
5. Dari berjualan hingga kontes
Orang Indonesia juga menggunakan dalam ajang
penjualan produk, selain itu juga media sosial digunakan sebagai kontes. Pada
ajang Indonesia Idol, Indonesia mencari bakat, menggunakan Twitter agar
pengguna memberi vote melalui Twitter, dan ajang kontes bakat lainnya.
6. Masuki ranah politik
Media sosial memiliki peranan yang sangat
penting pada saat pemilihan presiden tahun 2014. Platform Facebook, You Tube,
Sound-Cloud, Twitter, dsbnya digunakan sebagai alat promosi untuk berkampanye.
Grup Bakrie sampai membeli Path untuk menjaring pengguna untuk memilih Abul
Rizal Bakrie sebagai Presiden dan juga partai Golkar. Menurut tim data
Facebook, ada sekitar 200 juta perbicangan seputar pemilu Presiden di jejaring
sosial yang meliputi posting dan komentar.
7. Media sosial besar buka kantor di Indonesia
Akibat potensi pasar pengguna media sosial di
Indonesia yang saat menguntungkan untuk Facebook, Twitter dan Path hingga
mereka mendirikan kantor di tanah air Indonesia.
Respon saya terhadap perkembangan media
sosial adalah menolak, dikarenakan penjelasan yang mengatakan bahwa orang
Indonesia menjadi sosial dan suka berkomunikasi. Menurut pandangan saya tidak
seperti itu, tampak yang terlihat adalah semakin jauh dan tidak dekat dan
menjadi menggampangkan dan ingin mengetahui kehidupan seseorang, biasanya kita
sebut dengan kata “Kepo”. Dapat kita lihat disaat keluarga sedang makan bersama
di restaurant, mereka tidak saling berbicara, tetapi sibuk dengan handphone
masing-masing. Disaat acara lebaran, dimana banyak anak kecil, dahulu mereka
langsung mengajak main dan berkomunikasi, tetapi sekarang tidak tertarik dan
sibuk dengan perangkat phablet yang disediakan oleh orang tuanya. Disaat ada
yang meninggal ataupun sakit, kita mengusahakan untuk datang, tetapi saat ini
yang terlihat hanyalah turut berduka cita melalui kata-kata yang dirangkai
seakan-akan mereka turut berduka cita. Lainkata, bila kita juga tidak
menggunakan jaringan sosial, maka kita pun akan ketinggalan dengan teknologi
yang berkembang dan bisa dikatakan kurang pergaulan. Hal yang serba salah,
tetapi saya merasakan media sosial perlu tetapi harusnya pemerintah mengedukasi
secara tepat dan bukannya membuka semua perangkat murah agar dapat menjangkau
seluruh masyarakat Indonsia, padahal dampak handphone murah juga tidak baik
untuk kesehatan. Hal-hal seperti inilah yang tidak dipertimbangkan secara
jangka panjang oleh pemerintah tetapi hanya memikirkan keuntungan ekonomi
semata.
SUMBER :